Isu perubahan lingkungan saat ini sudah hangat untuk dibicarakan mengingat dampaknya yang serius terhadap berbagai aspek kehidupan. Salah satu isu perubahan lingkungan yang sangat hangat dibicarakan saat ini adalah perubahan iklim. Lingkungan dan iklim pada umumnya saling bergantung dimana apabila perubahan iklim terjadi secara serampangan dapat mempengaruhi perubahan lingkungan.
Perubahan iklim yang terjadi saat ini bukan lagi sekedar mitos belaka. Perubahan iklim yang terjadi adalah mimpi buruk bagi bumi yang dihuni saat ini. Kenaikkan suhu yang cukup ekstrem, naiknya permukaan laut, mencairnya Antartika sudah menjadi ciri perubahan iklim yang sudah tampak didepan mata. Lalu bagaimana Efek Domino perubahan iklim bagi kehidupan terutama Dari segi kesehatan? Apakah ada keterkaitan perubahan iklim dengan kesehatan?
Highlight :
- Laporan Keenam IPCC (AR-6) tahun 2023 mengungkapkan bahwa iklim global telah mengalami pemanasan yang signifikan. Data pengamatan ini menunjukkan bahwa suhu permukaan rata-rata global meningkat sebesar 1,5°C dalam enam tahun terakhir.
- Perubahan iklim juga memiliki efek signifikan terhadap kesehatan manusia
- Indonesia adalah penyumbang gas rumah kaca nomor 5 terbesar di dunia dan merupakan kontributor terbesar untuk emisi yang disebabkan penebangan hutan dan degradasi hutan.
- Perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Baca Juga : Perubahan Iklim Bukan Lagi Sebuah “Dongeng”
Fakta Perubahan Iklim Bumi Saat Ini
Sebagaimana yang kita ketahui, Perubahan iklim adalah perubahan kondisi cuaca dengan distorsi pada salah satu variabel iklim yang mengganggu kesehatan manusia dengan memanipulasi kelangsungan hidup, reproduksi, atau distribusi patogen penyakit dan inangnya. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan perubahan iklim juga memiliki efek signifikan terhadap kesehatan manusia. Potensi negatif atau risiko perubahan iklim terhadap kesehatan telah dipandang sebagai tantangan global yang dapat mengancam penghidupan manusia (wilby et al.,2009 Barnett 2010).
Belakangan ini mungkin kita sering merasa lebih panas dibandingkan dulu. Namun tanpa disadari bahwa itu adalah akibat dari pemanasan global. Kenaikan suhu bumi sejak sekitar 1980 sampai saat ini meningkat 2X lebih cepat daripada periode sebelumnya. Hal ini disebabkan kenaikan konsentrasi CO2 didunia sejak tahun 2000 sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan kenaikan selama 800.000 tahun lalu dimana kenaikan CO2 sebanding dengan kenaikan jumlah suhu.
Dari grafik diatas menunjukkan data kenaikkan suhu Dari tahun 1850 hingga kemungkinan yang akan terjadi pada tahun 2025 mendatang. saat ini kenaikan suhu udara di bumi dinilai sudah membuat iklim di Dunia tidak karuan dimana kenaikan suhu udara juga bisa mengakibatkan cuaca ekstrem dengan intensitas yang semakin meningkat, durasi yang semakin panjang dan frekuensinya semakin sering. Kalau tidak ada mitigasi yang tepat, kemungkinan pada tahun 2100 kenaikan suhu udara di bumi akan mencapai 3 °C.
NCEI (National Center Of Environmental Information) mencatat pada bulan Januari 2024 suhu permukaan laut global rata-rata 20,97°C, memecahkan rekor untuk bulan Januari sebelumnya. Selain itu, suhu permukaan bumi untuk periode Januari-Maret 2024 adalah yang tertinggi dalam 175 tahun terakhir, dengan peningkatan 1,35°C di atas rata-rata abad ke-20.
NCEI juga mencatat es laut di Antartika berada mendekati rata-rata dan mencapai tingkat tertinggi sejak 2009. Namun pada January 2024 es laut Antartika berada di tingkat terendah keenam dengan penurunan 18% di bawah rata-rata. Laporan Keenam IPCC (AR-6) tahun 2023 juga mengungkapkan bahwa iklim global telah mengalami pemanasan yang signifikan. Data pengamatan ini menunjukkan bahwa suhu permukaan rata-rata global meningkat sebesar 1,5°C dalam enam tahun terakhir.
Dampak Perubahan Iklim yang Terjadi Saat Ini
Apa saja dampak kenaikan suhu 1,5 °C? Para ilmuwan memperingatkan bahwa akibatnya antara lain curah hujan atau kekeringan yang ekstrim dan hasil panen yang lebih rendah. Ini semua berdampak negatif terhadap ekonomi.
Beberapa penelitian juga telah menunjukkan beragam dampak perubahan lingkungan dan iklim terhadap kehidupan. Meskipun dampak pemanasan global dan perubahan iklim hingga saat ini diabaikan, Namun perubahan faktor iklim secara global juga terkait dengan 25% dari seluruh kematian di seluruh dunia.
Beberapa ahli telah menghitung bahwa jumlah kematian akibat perubahan iklim akan melampaui 4 juta/tahun orang di tahun 2024 sejak tahun 2000 dan sebagian besar disebabkan oleh makanan dan air yang terkontaminasi, serta 34 % dari seluruh penyakit anak-anak dan 36% kematian anak-anak yang sangat terkait dengan wabah kolera, malaria yang mematikan, diare, dan demam berdarah.
Dari data-data yang dipaparkan, peningkatan suhu ini tidak hanya mempengaruhi temperatur bumi, tetapi juga mengubah sistem iklim yang berdampak pada berbagai aspek alam dan kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Data di lapangan menunjukkan bahwa kerentanan dan risiko perubahan iklim global tidak hanya serius mempengaruhi aktivitas ekonomi, sosial, dan politik, tetapi juga menyebabkan serangkaian masalah kesehatan yang parah.
Jika perubahan iklim dapat menciptakan konflik kehidupan sebesar 3% pada satu negara, itu bukan berarti efeknya remeh, bagaimana dengan 200 lebih negara yang ada di dunia? Mungkin akan menciptakan peluang terciptanya konflik 4x hingga 6x lipat. Kenyataan yang tampak, dampak perubahan iklim akan paling dirasakan oleh negara-negara yang kurang berkembang dan negara miskin dikarenakan ketidakmampuan dalam menghadapinya secara harfiah.
Lalu bagaimana Dampak Perubahan Iklim di Indonesia saat ini? Pada saat ini Indonesia adalah penyumbang gas rumah kaca nomor 5 terbesar di dunia dan merupakan kontributor terbesar untuk emisi yang disebabkan penebangan hutan dan degradasi hutan. Deforestasi yang terjadi di Indonesia memperburuk bencana yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
Pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan menyebabkan hilangnya hutan tropis, yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami dan pelindung ekosistem. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim di Indonesia saat ini memiliki berbagai dampak yang signifikan, baik dari segi lingkungan, kesehatan, maupun ekonomi.
Dari segi kesehatan UNDP mencatat perubahan iklim di Indonesia menyebabkan peningkatan kasus penyakit menular seperti demam berdarah dan malaria. Misalnya, peningkatan suhu dan curah hujan telah meningkatkan kasus demam berdarah hingga 227% di Bali dan Nusa Tenggara, serta malaria di Papua sebesar 66% sehingga Indonesia berisiko mengalami kerugian ekonomi sekitar 1,86% dari PDB-nya (sekitar USD 21,6 miliar) akibat dampak perubahan iklim pada sektor kesehatan. Pada Sektor air juga diperkirakan mengalami kerugian ekonomi sekitar 7,3% pada tahun 2045 jika perubahan iklim tidak ditangani dengan efektif.
Keterkaitan Perubahan Iklim dengan Kesehatan
Perubahan iklim menyebabkan perubahan pola cuaca yang ekstrem, termasuk peningkatan suhu, perubahan curah hujan, kenaikan muka air laut, dan peningkatan frekuensi kejadian cuaca ekstrem seperti badai dan gelombang panas. Paparan langsung terhadap kondisi ini dapat mengancam kesehatan manusia dan bahkan menyebabkan kematian. Misalnya, gelombang panas dapat menyebabkan heatstroke, dehidrasi, dan memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada seperti penyakit kardiovaskular.
Perubahan iklim juga mempengaruhi faktor lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia secara tidak langsung. Beberapa mekanisme yang terlibat antara lain:
1. Kualitas Air dan Udara
Penurunan kualitas air dan udara akibat polusi dan bencana alam seperti banjir dapat menyebabkan penyakit bawaan air dan pencemaran udara, yang meningkatkan risiko penyakit pernapasan.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Penipisan lapisan ozon meningkatkan paparan radiasi UV, yang dapat menyebabkan kanker kulit dan masalah mata.
3. Penurunan Sumber Daya Air
Kekurangan air bersih mengakibatkan penyakit bawaan air dan mempengaruhi sanitasi.
4. Kehilangan Fungsi Ekosistem
Degradasi lahan dan hilangnya fungsi ekosistem alami mengurangi kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang sehat, menyebabkan malnutrisi akibat terganggunya produksi pangan.
Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti DBD, Chikungunya, Malaria, Leptospirosis, Filariasis dan lain-lain. Adanya peningkatan suhu yang diakibatkan oleh Perubahan iklim menyebabkan memperpanjang masa aktif nyamuk sehingga penyebaran penyakit melalui nyamuk semakin cepat.
Perubahan iklim juga berdampak pada malnutrisi, pola cuaca yang ekstrem menyebabkan terjadinya kelangkaan pangan sehingga mengakibatkan kekurangan gizi. Hal ini akan Sangat berdampak pada daerah-daerah yang bergantung pada sektor pertanian.
Dapat disimpulkan perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung perubahan iklim mencakup paparan terhadap perubahan pola cuaca, seperti temperatur, curah hujan, kenaikan muka air laut, dan peningkatan frekuensi cuaca ekstrem. Sedangkan pengaruh secara tidak langsung, perubahan iklim berdampak melalui perubahan kualitas lingkungan.
Mekanisme ini mencakup perubahan kualitas air, udara, dan makanan, penipisan lapisan ozon, penurunan sumber daya air, hilangnya fungsi ekosistem, serta degradasi lahan. Semua faktor ini secara keseluruhan mempengaruhi kesehatan manusia. Dampak tidak langsungnya termasuk kematian dan penyakit akibat perubahan suhu, pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, serta penyakit yang dibawa oleh vektor seperti nyamuk dan hewan pengerat.
Respon Kesehatan terhadap Perubahan Iklim
Kesehatan mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang telah kita lihat. Namun, salah satu faktor yang mendapat perhatian luas secara global adalah pengaruh perubahan iklim dan cuaca terhadap penularan dan prevalensi penyakit. Secara keseluruhan, perubahan iklim terbukti berhubungan dengan Respon kesehatan, dan sangat disayangkan karena kita berada di puncak pemanasan global, kita memperkirakan kondisi ini akan semakin buruk.
Perubahan iklim dapat digunakan sebagai alat prediksi penting terjadinya wabah penyakit dan sebagai hasilnya memungkinkan negara-negara dengan sumber daya terbatas dan negara-negara berkembang untuk dapat mengambil tindakan pencegahan dan metode pencegahan yang diperlukan, namun juga memiliki kesiapan yang baik dalam menghadapi potensi wabah.
Baca Juga : Perubahan Iklim Bukan Lagi Sebuah “Dongeng”
1 Komentar
Pingback: Perubahan Iklim Bukan Lagi “Dongeng”