Cerpen – 30 Juni 2024

Matahari sudah mulai mencari jalannya untuk bersembunyi, pertanda malam akan datang. Bus beserta mobil pick up pengangkut barang baru sampai di lokasi kemah. Semua panitia perlengkapan harus datang lebih awal untuk mendirikan tenda perkemahan. Kebetulan pada tahun ini Rangga mejadi koordinator panitia perlengkapan. Malam ini semua tenda harus berdiri karena peserta beserta guru-guru pendamping kemah besok sudah mulai datang.

“Kas, turunin disini saja kas, soalnya disana buat tempat tenda guru. Alat-alat masak itu disana saja Ren..” teriak Rangga pada anggota perlengkapan.

“Ga, kalo yang ini taruh dimana ga?” tanya Andi

“Taruh disebalah ini saja ndi” sambut Rangga

“Semua barang jangan sampai ada yang tertinggal di mobil ya kawan-kawan, jangan sampai kemahnya gak berdiri malam ini. Kalau enggak Pak Asep bisa marah besar sama kita” jelas Rangga pada teman-temannya.

Malam sudah menunjukkan pukul  22.00 WIB saaat tenda perkemahan selesai dibangun. Semua anggota perlengkapan terlihat sangat kelelahan. Sebagian dari mereka mulai beristirahan kedalam tenda. Sebagian yang lain masih bermain dan bernyanyi didepan api unggun yang mereka buat. Rendi, Kasman, Ridho, dan Andi masih berada diluar tenda untuk berjaga-jaga malam ini menemani Rangga sang koor perlengkapan.

“Ga, aku ingin pipis ini, tapi aku takut sendirian temani dong” rayu Andi pada Rangga.

“Elah…pergi saja sendiri, masa anak laki penakut sih” Rangga mengatai.

“Aku bukannya penakut, tapi kamu tahu kan cerita masyarakat sini tentang tempat ini?

“Enggak tahu aku, emang apaan?

“Dulu disini juga pernah ada siswa dari SMA Nusa berkemah disini, mereka sering digangguin sama makhluk-makhluk penghuni tempat ini.” Terang Andi

“Ah….aku enggak percaya dengan hal begituan, yang pernting jangan macam-macam saja sih” tungkas Rangga menenangkan.

“Ayolah…temani sebentar saja, aku takut ini sendirian” kembali Andi merayu.

“Iya iya cepatlah, jangan lama-lama ya” Rangga mengiyakan ajakan Andi.

Mereka berdua berjalan menuju parit kecil yang berada pada bagian belakang lokasi kemah. Parit tersebut adalah saluran yang dibangun oleh pemerintahan kolonial dengan mepekerjakan orang-orang pribumi untuk menggali parit tersebut. Sangat banyak pekerja yang mati akibat siksaan dari mandor dan tentara kolonial. Andi dan Rangga sampai dipinggir parit, Andi pun langsung menunaikan keinginannya untuk buang air.

“Ga, lu tunggu diatas ya, aku kebawah dulu”

“Yang cepat ya, jangan lama-lama”

“Iya iya….sabar dikit napa”

“Yok, aku sudah siap” Andi mengajak Rangga kembali ke kemah.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB, mereka mulai tidur untuk mengistirahatkan tubuh, agar besok pagi bisa kembali beraktivitas dengan segar. Didalam tenda mereka ada 11 orang, semua anggota perlengkapan sudah tidur, kecuali Andi. Andi malam itu tidak bisa tidur, dan terlihat gelisah, tubuhnya mengeluarkan keringat padahal cuaca disana cukup dingin.

Dari kejauhan terdengan lolongan anjing berteriak seolah menyaksikan sesuatu. Angin berhembus menyapu dedaunan disekitar tenda. Rangga terbangun karena genset mereka mati, lalu pergi menhidupkannya kembali. Rangga berjalan kebelakang tenda untuk menghidupkan genset. Dari kejauhan terlihat seorang pria berjalan tetatih seperti sebelah kakikya patah. Rangga kemudian memanggil pria tersebut, tetapi nihil sang pria tidak menjawab. Rangga kemudian menyusul kearah sang pria, walau genset belum sempat hidup. Rangga berlari megejar, si pria makin jauh, tetapi tanpa putus asa Rangga tetap mengejar.

Sampai disuatu tempat yang dipenuhi asap tak ada cahaya sedikit pun. Rangga berteriak memanggil, tetapi sosok yang ia kejar sudah tidak terlihat. Ia pun panik karena berada ditempat yang tidak ia kenali. Kemudian berteriak kembali memanggil teman-temannya, tapi tak ada yang menyaut. Ia berlari berharap bisa kembali ke kemah, tetapi sejauh apapun ia berlari, tempat yang sama yang ia temui. Lalu setelah penat berlari Rangga melihat sebuah gubuk, ia mendekat dan masuk kedalam gubuk.

“Permisi…ada orang?” ia berteriak berharap ada jawaban.

“Ada apa anak muda? Kenapa kamu kesini? Apa yang kamu cari?” jawab seorang kakek tua penghuni gubuk.

“Tadi aku melihat seorang pria berjalan kearah sini dengan kaki tertatih..apakah kakek melihatnya?”tanyanya.

“Disini hanya aku sendiri, tidak ada orang lain lagi disini” jawab si kakek. “Lebih baik kamu pulang, tinggalkan tempat ini” imbuhnya.

Tiba-tiba si kakek menghilang, Rangga keluar dari gubuk. Diluar gubuk para penghuni alam lain sudah menunggu Rangga. Mereka semua berteriak, Rangga panik lalu tiba-tiba ia pingsan.

“Ga…bangun Ga…bangun Ga..kamu kenapa?” tanya Rendi yang terkejut karena Rangga mengigau dalam tidurnya.

“Aku ada dimana?”

“Kamu ditenda, kamu tidur sambil teriak. Dari tadi aku bangunin gak mau bangun” tambah Rendi.

Karena teriakan mereka berdua, semua orang bangun. Tetapi mereka tidak melihat Andi disana.

“Mana Andi?”tanya Rendi.

Andi menghilang secara misterius. Mereka semua panik karena Andi menghilang. Rangga coba menenangkan, lalu menceritakan apa yang ia alami dalam mimpinya. Akhirnya mereka sepakat untuk mencari Andi kedalam hutan dekat parit dimana Rangga dan Andi buang air.

“Ga, kita harus lapor dulu sama pak lurah masalah ini”

“Iya Ren, kita minta bantuan sama pak lurah dan juga warga untuk mencari Andi”

Mereka kemudian pergi menemui pak Lurah dan menceritakan semuanya. Pak Lurah mengatakan pada mereka bahwa Andi kemungkinan dibawa oleh sosok “Dawuh” penghuni hutan disana. Pak Lurah menceritakan kejadian yang sama yang pernah menimpa peserta kemah ditempat itu. Beliau menjelaskan bahwa jika ingin berkemah disana harus menjaga tata krama dan bahwasanya kita hidup berdampingan dengan mereka “sosok tak kasat mata”. Rangga juga menceritakan bahwa ia dan Andi tidak minta izin untuk buang air didekat parit tersebut.

“Bagaimana anak-anak? Kita harus cepat menemukan Andi sebelum dibawa terlalu jauh oleh Dawuh.”

“Iya pak, kita harus mencari Andi”

Bergegas mereka semua pergi untuk mencari Andi dibantu beberapa warga. Dengan diarahkan Rangga, mereka menyusuri lokasi yang ada dalam mimpi Rangga. Hingga mereka melihat gubuk yang dilihat Rangga dalam mimpinya.

“Pak, saya melihat gubuk itu dalam mimpi saya barusan, mungkin akan ada petunjuk didalamnya.” Jelas Rangga

Mereka masuk kedalam gubuk, dan betapa terkejutnya Rangga ketika semua orang yang berada dibelakangnya tersebut menghilang. Rangga melihat sekeliling, lalu berteriak.

“Kalian siapa?” “Mengapa kalian menggangguku?”

“Hihihihihihihihihihihihihihi…..kamu tidak akan pernah bisa keluar dari sini Rangga”

“Siapa kamu? Apa yang telah aku lakukan sehingga kalian menggangguku?” tanya Rangga.

“Aku hanya ingin kamu, kamu harus jadi budakku”

Semua sosok yang pernah Rangga lihat sebelumnya kembali menghampirinya. Rangga berlari dan berlari menjauh dari mereka. Tetapi secepat apapun Rangga berlari ia kembali ketempat semula. Ia berteriak sekecang-kencangnya. Hingga ia terkejut karena pundaknya ditepuk oleh teman sebangkunya dikelas.

“Kamu kenapa Ga?” tanya Enda.

“Kenapa aku disini? Mana Kasman, Rendi, Andi, dan yang lainnya? bukankah sekarang kita ada kemah bakti?” tanyanya kebingungan.

“Kemah kita kan baru minggu depan Ga” jawab Enda. “bersambung…………..”

Baca Juga: Bagaimana AI Mengubah Lanskap Kreatif?

Baca Juga: Fact-Checking dan Verifikasi: Melawan Hoax dan Misinformasi

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version