Close Menu
Jurnal LiteraJurnal Litera
  • Artikel
  • Buku
    • Novel
    • Sains
    • Sejarah
  • Esai
  • Opini
  • Resensi Buku
  • Reportase
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Sastra Minang
  • Isu Lingkungan
What's Hot

Rubik: Permainan Sederhana dengan Segudang Manfaat

06/05/2025

IKAN CUPANG: TEMAN KECIL UNTUK JIWA YANG LEBIH TENANG

06/05/2025

Pola Asuh Otoriter: Kunci Keberhasilan atau Trauma?

09/02/2025
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook TikTok
Jurnal LiteraJurnal Litera
Subscribe Login
  • Artikel
  • Buku
    • Novel
    • Sains
    • Sejarah
  • Esai
  • Opini
  • Resensi Buku
  • Reportase
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Sastra Minang
  • Isu Lingkungan
Jurnal LiteraJurnal Litera
  • Artikel
  • Buku
  • Esai
  • Opini
  • Resensi Buku
  • Reportase
  • Sastra
  • Isu Lingkungan
Beranda » Review novel “Dompet Ayah Sepatu Ibu” Karya J.S. Khairen
Buku

Review novel “Dompet Ayah Sepatu Ibu” Karya J.S. Khairen

Salsabila YusyaBy Salsabila Yusya23/11/2024Updated:30/11/20240403 Mins Read
Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
Follow Us
Google News Flipboard
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email Copy Link

Judul : Dompet Ayah Sepatu Ibu

Penulis : J.S Khairen

Tahun Terbit : 2023

Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Jumlah Halaman : 200 Halaman

Buku ini menceritakan tentang dua anak dari daerah pelosok dengan keadaan keluarga miskin yang bercita cita mengubah nasib keluarganya menjadi lebih baik. Dengan peran utama laki-laki bernama “Asrul” dan peran utama perempuan bernama “Zenna”. Setiap perjalanan mereka ada saja tantangan yang dihadapi. Dari Zenna yang menjadi pengrajin emas sampai pegawai toko sepatu. Dan Asrul yang menjadi seorang kipling koran. Di pertengahan cerita kedua anak ini dipertemukan pada “Sipenmaru”.

Setelah pertemuan itu mereka sering bertemu, dan menyadari bahwa mereka memiliki nasib hidup yang bisa dibilang sama. Mereka pun sama sama saling menguatkan satu sama lain, dan tiba dimana mereka saling memiliki perasaan yang sama, mereka pun menikah. Dengan Asrul yang bekerja sebagai wartawan dan Zenna sebagai Guru.

Setelah menikah juga cobaan hidup mereka bukannya berkurang malah bertambah, tetapi karena adanya itu mereka bisa menghadapinya karena di pikiran mereka harus bisa mengubah keadaan dan nasib sekarang menjadi lebih baik agar kedepannya anak mereka tidak merasakan hal yang sama walaupun ada pertikaian diantara mereka, mereka tetap saling menguatkan satu sama lain.

Cobaan mereka setelah menikah bisa dibilang banyak, dimulai dari tempat tinggal yang sempit, tragedi joven yang terjatuh sampai dijahit, Zenna saat melahirkan anak kedua, Joven yang keterima di UI tetapi uang daftar ulang tidak mencukupi yang mengharuskan untuk meminjam kepada adik-adik Zenna.

Setelah Joven merantau untuk berkuliah di UI, Zenna sering membelikan anak muridnya yang kalangan bawah sepatu, dan mengajak mereka juga ke toko buku.

Dan anak pertama Joven berhasil menyelesaikan studinya dengan membawakan puisi sebagai penutup ujian disertasinya, dengan menekannya satu bait pendek dalam puisinya.

“Namun ada satu variabel yang tak dijelaskan oleh penelitian mana pun terkait kemiskinan struktural. Variabel itu adalah…. semangat.”

Seiring berjalannya waktu Zenna dan Asrul pada masa tua mendapatkan keluarga yang mereka inginkan dari dulu yang mereka ciptakan atas keinginan bersama. Dan mereka bisa membungkam kata orang-orang yang menyebutkan “orang miskin ya tetap miskin” dan pada akhirnya mereka bisa bangkit dari keterpurukannya dan menciptakan keluarga yang harmonis dan berkecukupan.

Pesan yang dapat diambil dari Novel ini ialah Perjuangan dari anak yang ingin mengubah keluarganya menjadi lebih baik, pantang menyerah dan terus tetap bertahan walaupun banyak cobaan yang dihadapi. Dan banyak juga pengajaran yang dapat diambil dari novel ini termasuk salah satunya Jangan mengambil hak orang lain di novel ada tertulis “Yang tak berkah, tak jadi darah”. Dan membaca bismillah setiap melakukan kegiatan di penggalan cerita “Kata abakku, baca bismillah. Kalau sedang gundah, baca bismillah. Mau melakukan apa saja, baca bismillah. Insyaallah mantap hati setelah itu”.

Dan banyak pengajaran yang lain yang bsia kita ambil, novel ini banyak mengandung hal hal yang realistis.

Menurut saya buku ini bisa dijadikan sebagai panutan untuk melakukan perubahan, kalau orang lain tidak mau, mulailah dari diri sendiri.

“Masakan ibu takkan kau temukan di restoran terbaik.
Kelakar ayah takkan kau jumpai di panggung paling gemerlap.
Untungnya kau punya dua tempat itu sekaligus, rumah.
Pulanglah.”

Baca juga: Review novel “Cecilia and The Angel” karya Jostein Gaarder

Follow on Google News Follow on Flipboard
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email Copy Link
Salsabila Yusya

Related Posts

Review Novel “Aku Terlalu Takut Jujur bahwa Aku Lelah” oleh Boy Candra

21/01/2025

Resensi Buku: Goodbye, Things – Hidup Minimalis Ala Orang Jepang oleh Fumio Sasaki

02/01/2025

Review Novel “Bungkam Suara” karya J.S Khairen

07/12/2024
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Top Posts

Kenali 5 Tahapan dalam Menghadapi Kesedihan

22/11/202475

Review novel “Re: dan peRempuan” karya Maman Suherman

23/11/202460

Review Novel “Laut Bercerita” Karya Leila S. Chudori

23/11/202447
Stay In Touch
  • Facebook
  • YouTube
  • TikTok
  • WhatsApp
  • Twitter
  • Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
© 2025 JurnalLitera. Designed by MN Chaniago.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.