Jika selama ini kita sering iri dengan malaikat, maka pada buku ini dengan Ariel yang mewakili kaum malaikat Jostein Gaarder menggambarkan hal sebaliknya.
Ariel penasaran bagaimana rasanya memiliki tubuh yang terdiri dari darah dan daging, bagaimana rasanya menggunakan kelima panca indra yang diberikan Tuhan dan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dimilkinya, Ariel menjalin kesepakatan bersama seorang gadis kecil yang sedang sakit bernama Cecilia. Cecilia harus memberitahukan seperti apa rasanya menjadi manusia dan Ariel akan memberitahukan seperti apa itu surga.
Melalui kesepakatan inilah, awal mula dialog indah surga dan bumi dimulai. Dan kesepakatan ini juga merubah prespektif Cecilia terhadap Tuhan, jika rasa sakit yang dialaminya bukanlah ketidakadilan namun sebuah anugerah dari Tuhan.
Salah satu hal menarik dari buku ini ialah, sudut pandang pembaca yang berdasarkan sudut pandang Cecilia. Cecilia yang tidak mengenali Ariel dan secara tidak langsung membuat kita berada diposisi Cecilia, menerka-nerka bagaimana sosok Ariel sesungguhnya, bahkan sosok Ariel yang hanya berdasarkan pengamatan yang dituturkan oleh Cecilia dan ini sukses memainkan imajinasi dari pembaca.
Walau sebagian besar latar dialog berada di kamar Cecilia, akan tetapi tidak membuat alur membosankan, semuanya berhasil mengalir begitu saja. Pertanyaan polos dan jawabannya yang saling bersautan, cukup mewakili pertanyaan pembaca jika mampu bertanya kepada malaikat perihal rahasia surgawi apalagi ditambah penggambaran penulis tentang murninya malaikat dan surga, terlepas benar atau tidaknya tapi sukses mengukuhkan batasan antara malaikat dan manusia serta perbedaan entitas keduanya.
Buku ini hanya terdiri dari 209 halaman dengan halaman pendek, cocok untuk dibaca sekali duduk ataupun memenuhi reading challange walaupun buku ini mengandung unsur kristiani, buku ini cocok untuk semua kalangan apalagi ada begitu banyak makna yang bisa dipetik serta jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kecil tentang surgawi
Langit becermin pada laut. Seperti itulah, Tuhan bisa becermin pada sepasang mata manusia. Karena, mata adalah cermin ruh, dan Tuhan bisa becermin pada ruh manusia
Karna ruh kita adalah bagian dari Tuhan