Pada kesempatan kali ini, melalui buku non fiksi singkat berdasarkan pengalaman sederhana kehidupan pribadinya, Boy Candra mencoba untuk memeluk dan menyadarkan pembaca, jika kita semua adalah manusia biasa.
Walau judul buku telah menggambarkan hal yang akan disinggung, tapi sebagai pembaca saya tidak menaruh ekspetasi atau terkaan terkait isi dan hal ini termasuk langkah yang tepat untuk mulai mendalami cerita-cerita yang akan diangkat di dalamnya.
Melalui 48 cerita tentang kehidupan yang relate dengan keadaan sekarang, Boy Candra kembali mengingatkan hal-hal kecil yang sering dilupakan dan diabaikan, semua dibahas dengan lembut hingga terasa menyentuh jiwa yang telah keras karna selalu memaklumi dan menyalahkan diri sendiri. Memulai cerita dari diri sendiri hingga diri dan sekitar serta dibungkus dengan sederhana sehingga tak membosankan dan tak terasa menghakimi ataupun memihak.
Kita yang terbiasa memendam, memaksa diri untuk kuat dihadapan semua orang sebab selalu hidup dengan mendengar dan mengikuti omongan orang lain, seolah tak memilliki kuasa akan diri. Di buku ini kita disadarkan lagi, jika hidup kita milik kita sendiri. Mengeluh itu normal, lelah juga hal normal dan menepi hingga menjauh dari semua orang juga normal, tidak ada yang salah meski terasa asing untuk dilakukan, kita hanya tak terbiasa berkuasa akan diri.
Buku yang terdiri dari 175 halaman ini, tidak hanya membahas perihal lelah, ada juga pembahasan tentang bagaimana kita sebaiknya bertindak, alasan dibalik perubahan sikap orang lain hingga mengatasi putus asa sebab tidak puas akan kehidupan. Buku ini mampu menjadi teman hangat yang dapat mengatakan hal yang selama ingin kita dengar.
Aku merayakan semua yang terang dan redup. Aku merayakan semua itu dengan terus berusaha tetap hidup.
Kita bukan lemah ataupun egois, kita hanya manusia biasa, bahkan mesin tempur pun akan meledak jika dipaksa terus bekerja. Hiduplah untuk dirimu sendiri karna dirimu itu berharga.