Close Menu
Jurnal LiteraJurnal Litera
  • Artikel
  • Buku
    • Novel
    • Sains
    • Sejarah
  • Esai
  • Opini
  • Resensi Buku
  • Reportase
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Sastra Minang
  • Isu Lingkungan
What's Hot

Rubik: Permainan Sederhana dengan Segudang Manfaat

06/05/2025

IKAN CUPANG: TEMAN KECIL UNTUK JIWA YANG LEBIH TENANG

06/05/2025

Pola Asuh Otoriter: Kunci Keberhasilan atau Trauma?

09/02/2025
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook TikTok
Jurnal LiteraJurnal Litera
Subscribe Login
  • Artikel
  • Buku
    • Novel
    • Sains
    • Sejarah
  • Esai
  • Opini
  • Resensi Buku
  • Reportase
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Sastra Minang
  • Isu Lingkungan
Jurnal LiteraJurnal Litera
  • Artikel
  • Buku
  • Esai
  • Opini
  • Resensi Buku
  • Reportase
  • Sastra
  • Isu Lingkungan
Beranda » Pola Asuh Otoriter: Kunci Keberhasilan atau Trauma?
Artikel

Pola Asuh Otoriter: Kunci Keberhasilan atau Trauma?

Tiara Indah CahyarityBy Tiara Indah Cahyarity09/02/2025Updated:12/02/20250404 Mins Read
Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
Follow Us
Google News Flipboard
Pola Asuh Otoriter: Kunci Keberhasilan atau Trauma? (Sumber : Pinterest.com)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email Copy Link

Halo Sobat Litera ! Kali ini, kita akan membahas topik yang sangat menarik yaitu pola asuh. Nah pola asuh yang sering di bahas adalah pola asuh otoriter. Sebelum masuk kebagian pola asuh otoriter, yuk kita bahas tentang pengasuhan terlebih dahulu.

Pengasuhan dalam keluarga merupakan pondasi utama yang membentuk karakter, nilai-nilai, dan kepribadian seorang individu. Orang tua dengan pola asuh otoriter sering kali menetapkan aturan yang kaku dan menggunakan hukuman sebagai bentuk disiplin. Santrock (2011) menjelaskan bahwa mereka menerapkan pendekatan yang ketat dan penuh batasan terhadap anak tanpa memberikan ruang untuk diskusi atau musyawarah

Ciri Ciri

Menurut Diana Baumride ciri-ciri pola asuh otoriter adalah

  1. Kepatuhan secara muntlak tanpa musyawarah
  2. Anak harus menjalankan aturan secara mutlak tanpa alternatif lain
  3. Bila anak berbuat salah, orangtua tidak segan menghukum
  4. Hubungan anak dan orang tua sangat jauh
  5. Lebih memenangkan orangtua bahwa orangtua paling benar
  6. Lebih mengendalikan kekuatan orangtua, dengan memberi hadiah, ancaman dan sanksi
  7. Kurang memperhatikan perasaan anak, yang penting perilaku anak berubah.

Anak-anak yang mendapat pengawasan yang sangat ketat dan minim kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi cenderung mengembangkan sifat yang kaku, kesulitan dalam beradaptasi, kurang percaya diri, serta berpotensi menunjukkan perilaku agresif (Aas, 2021).

Dampak Positif

Meskipun banyak yang mengaitkan pengasuhan otoriter dengan dampak negatif, Bun et al. (2020) menemukan bahwa pola asuh ini juga dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan anak terutama dalam aspek moral. Selain itu, ketika orang tua menetapkan aturan yang harus dipatuhi seperti kewajiban menjalankan salat, anak cenderung menjadi lebih rajin beribadah, sopan, dan patuh terhadap orang tua.

Lebih lanjut, analisis yang dilakukan oleh Hafiz & Almaududi (2015) menunjukkan bahwa kesabaran dan pola asuh ibu yang otoriter terbukti memberi dampak positif terhadap kematangan emosi anak. Dengan demikian, meskipun memiliki berbagai tantangan pola asuh otoriter tetap dapat memberikan manfaat tertentu dalam perkembangan anak.

Dampak Negatif

Salah satu dampak serius dari pola asuh otoriter adalah munculnya stres, gangguan kejiwaan, dan berbagai masalah mendasar lainnya yang dapat mendorong anak melakukan tindakan berisiko terhadap keselamatan jiwanya (Ilham, 2022). Lebih lanjut, Yusuf (2006) mengungkapkan bahwa sikap otoriter orang tua memiliki dampak signifikan terhadap pola perilaku anak sebagai berikut :

  1. Cenderung menunjukkan sifat mudah tersinggung
  2. Takut
  3. Murung
  4. Kurang bahagia
  5. Rentan terhadap pengaruh luar
  6. Mudah stres
  7. Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas
  8. Kurang bersahabat.

Selain itu, aturan yang terlalu kaku disertai hukuman dapat menghasilkan anak dengan karakter impulsif (bertindak tanpa berpikir panjang), kesulitan dalam pengambilan keputusan, serta kecenderungan bersikap bermusuhan dan agresif.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola ini sering kali merasa tidak dihargai atau bahkan takut untuk membuka diri kepada orang tua mereka. Hal ini dapat berdampak pada hubungan keluarga yang terdistorsi dan membatasi kemampuan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian (Mardiah & Ismet,2021; Sunarty, 2016).

Kesimpulan

Meskipun pola asuh otoriter memiliki sisi positif dalam hal disiplin dan pengendalian perilaku, namun disisi lain membawa dampak negatif signifikan terhadap perkembangan psikologis dan emosional anak. Menyadari dampak-dampak tersebut, pentingnya alternatif pola pengasuhan yang lebih seimbang seperti pengasuhan otoritatif.

Pola asuh otoritatif ditandai dengan sikap orang tua yang demokratis, menghargai, serta memahami kondisi anak beserta kelebihan dan kekurangannya. Pola asuh otoritatif memberikan dampak berupa membantu anak berkembang menjadi individu yang matang, mudah beradaptasi, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan secara efektif (Ilham, 2022).

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan kebutuhan emosional anak dalam membentuk pola asuh mereka demi menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan mendukung pertumbuhan anak.

“parenting is interaction between parent’s and chilldren during their care”

Sam Vaknin (2009)

Referensi

Aas, D. (2021). Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini (Studi Kasus Kelompok A di RA Attaqwa Padaringan, Kabupaten Ciamis). Tarbiyah Al-Aulad, 6(1), 2021. http://riset-iaid.net/index.php/TA

Baumrind. Pola Asuh Otoritas Orang Tua. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2004.

Bun, Y., Taib, B., & Ummah, D. M. (2020). Analisis Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.

Hafiz, S. El, & Almaududi, A. A. (2015). Peran Pola Asuh Otoriter Terhadap Kematangan Emosi Yang Dimoderatori Oleh Kesabaran. HUMANITAS, 12(2). https://doi.org/10.26555/humanitas.v12i2.3842

Ilham, L. (2022). Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Perkembangan Anak. Islamic EduKids : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).

Mardiah, L. Y., & Ismet, S. (2021). Dampak Pengasuhan Otoriter Terhadap Perkembangan Sosial Anak. JCE (Journal of Childhood Education), 5(1), 82–95.

Miftakhuddin, & Harianto, R. (2020). Anakku Belahan Jiwaku: Pola asuh yang tepat untuk membentuk psikis anak. CV Jejak (Jejak Publisher).

Sunarty, K. (2016). Hubungan pola asuh orangtua dan kemandirian anak. Journal of Educational Science and Technology (EST), 2(3), 152–160. https://doi.org/10.26858/est.v2i3.3214

Yusuf. (2008). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.

otoriter pola asuh
Follow on Google News Follow on Flipboard
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email Copy Link
Tiara Indah Cahyarity

Related Posts

Rubik: Permainan Sederhana dengan Segudang Manfaat

06/05/2025

IKAN CUPANG: TEMAN KECIL UNTUK JIWA YANG LEBIH TENANG

06/05/2025

Resensi Buku: Goodbye, Things – Hidup Minimalis Ala Orang Jepang oleh Fumio Sasaki

02/01/2025
Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Top Posts

Kenali 5 Tahapan dalam Menghadapi Kesedihan

22/11/202475

Review novel “Re: dan peRempuan” karya Maman Suherman

23/11/202460

Review Novel “Laut Bercerita” Karya Leila S. Chudori

23/11/202447
Stay In Touch
  • Facebook
  • YouTube
  • TikTok
  • WhatsApp
  • Twitter
  • Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • Home
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
© 2025 JurnalLitera. Designed by MN Chaniago.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.