Halo Sobat Litera ! Kali ini, kita akan membahas topik yang sangat menarik yaitu pola asuh. Nah pola asuh yang sering di bahas adalah pola asuh otoriter. Sebelum masuk kebagian pola asuh otoriter, yuk kita bahas tentang pengasuhan terlebih dahulu.
Pengasuhan dalam keluarga merupakan pondasi utama yang membentuk karakter, nilai-nilai, dan kepribadian seorang individu. Orang tua dengan pola asuh otoriter sering kali menetapkan aturan yang kaku dan menggunakan hukuman sebagai bentuk disiplin. Santrock (2011) menjelaskan bahwa mereka menerapkan pendekatan yang ketat dan penuh batasan terhadap anak tanpa memberikan ruang untuk diskusi atau musyawarah
Ciri Ciri
Menurut Diana Baumride ciri-ciri pola asuh otoriter adalah
- Kepatuhan secara muntlak tanpa musyawarah
- Anak harus menjalankan aturan secara mutlak tanpa alternatif lain
- Bila anak berbuat salah, orangtua tidak segan menghukum
- Hubungan anak dan orang tua sangat jauh
- Lebih memenangkan orangtua bahwa orangtua paling benar
- Lebih mengendalikan kekuatan orangtua, dengan memberi hadiah, ancaman dan sanksi
- Kurang memperhatikan perasaan anak, yang penting perilaku anak berubah.
Anak-anak yang mendapat pengawasan yang sangat ketat dan minim kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi cenderung mengembangkan sifat yang kaku, kesulitan dalam beradaptasi, kurang percaya diri, serta berpotensi menunjukkan perilaku agresif (Aas, 2021).
Dampak Positif
Meskipun banyak yang mengaitkan pengasuhan otoriter dengan dampak negatif, Bun et al. (2020) menemukan bahwa pola asuh ini juga dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan anak terutama dalam aspek moral. Selain itu, ketika orang tua menetapkan aturan yang harus dipatuhi seperti kewajiban menjalankan salat, anak cenderung menjadi lebih rajin beribadah, sopan, dan patuh terhadap orang tua.
Lebih lanjut, analisis yang dilakukan oleh Hafiz & Almaududi (2015) menunjukkan bahwa kesabaran dan pola asuh ibu yang otoriter terbukti memberi dampak positif terhadap kematangan emosi anak. Dengan demikian, meskipun memiliki berbagai tantangan pola asuh otoriter tetap dapat memberikan manfaat tertentu dalam perkembangan anak.
Dampak Negatif
Salah satu dampak serius dari pola asuh otoriter adalah munculnya stres, gangguan kejiwaan, dan berbagai masalah mendasar lainnya yang dapat mendorong anak melakukan tindakan berisiko terhadap keselamatan jiwanya (Ilham, 2022). Lebih lanjut, Yusuf (2006) mengungkapkan bahwa sikap otoriter orang tua memiliki dampak signifikan terhadap pola perilaku anak sebagai berikut :
- Cenderung menunjukkan sifat mudah tersinggung
- Takut
- Murung
- Kurang bahagia
- Rentan terhadap pengaruh luar
- Mudah stres
- Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas
- Kurang bersahabat.
Selain itu, aturan yang terlalu kaku disertai hukuman dapat menghasilkan anak dengan karakter impulsif (bertindak tanpa berpikir panjang), kesulitan dalam pengambilan keputusan, serta kecenderungan bersikap bermusuhan dan agresif.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola ini sering kali merasa tidak dihargai atau bahkan takut untuk membuka diri kepada orang tua mereka. Hal ini dapat berdampak pada hubungan keluarga yang terdistorsi dan membatasi kemampuan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian (Mardiah & Ismet,2021; Sunarty, 2016).
Kesimpulan
Meskipun pola asuh otoriter memiliki sisi positif dalam hal disiplin dan pengendalian perilaku, namun disisi lain membawa dampak negatif signifikan terhadap perkembangan psikologis dan emosional anak. Menyadari dampak-dampak tersebut, pentingnya alternatif pola pengasuhan yang lebih seimbang seperti pengasuhan otoritatif.
Pola asuh otoritatif ditandai dengan sikap orang tua yang demokratis, menghargai, serta memahami kondisi anak beserta kelebihan dan kekurangannya. Pola asuh otoritatif memberikan dampak berupa membantu anak berkembang menjadi individu yang matang, mudah beradaptasi, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan secara efektif (Ilham, 2022).
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan kebutuhan emosional anak dalam membentuk pola asuh mereka demi menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan mendukung pertumbuhan anak.
“parenting is interaction between parent’s and chilldren during their care”
Sam Vaknin (2009)
Referensi
Aas, D. (2021). Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini (Studi Kasus Kelompok A di RA Attaqwa Padaringan, Kabupaten Ciamis). Tarbiyah Al-Aulad, 6(1), 2021. http://riset-iaid.net/index.php/TA
Baumrind. Pola Asuh Otoritas Orang Tua. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2004.
Bun, Y., Taib, B., & Ummah, D. M. (2020). Analisis Pola Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral Anak. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Hafiz, S. El, & Almaududi, A. A. (2015). Peran Pola Asuh Otoriter Terhadap Kematangan Emosi Yang Dimoderatori Oleh Kesabaran. HUMANITAS, 12(2). https://doi.org/10.26555/humanitas.v12i2.3842
Ilham, L. (2022). Dampak Pola Asuh Otoriter Terhadap Perkembangan Anak. Islamic EduKids : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).
Mardiah, L. Y., & Ismet, S. (2021). Dampak Pengasuhan Otoriter Terhadap Perkembangan Sosial Anak. JCE (Journal of Childhood Education), 5(1), 82–95.
Miftakhuddin, & Harianto, R. (2020). Anakku Belahan Jiwaku: Pola asuh yang tepat untuk membentuk psikis anak. CV Jejak (Jejak Publisher).
Sunarty, K. (2016). Hubungan pola asuh orangtua dan kemandirian anak. Journal of Educational Science and Technology (EST), 2(3), 152–160. https://doi.org/10.26858/est.v2i3.3214
Yusuf. (2008). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.