Pidato adat dan pasambahan merupakan salah satu dari sastra lisan Minangkabau yang masih hidup dan bertahan sampai saat ini. Hal ini dikarenakan orang Minangkabau yang masih terus menggunakannya dalam setiap upacar adat seperti dalam perkawinan, kematian, makan dan menanti tamu.
Semenjak dahulu masyarakat Minangkabau dikenal dengan kebiasaannya dalam hal bersilat lidah. Di antaranya dapat kita lihat dari pantun yang ada disetiap daerah yang ada di Minangkabau. Pantun tersebut bermakna terhadap permasalahan yang akan dibahas didalam suatu kumpulan masyarakat, yang mana orang Minangkabau lebih mengenalnya dengan istilah pasambahan.
Sambah bisa dimaknai sebagai penghormatan yang ditujukan kepada orang yang dimuliakan. Persembahan atau pasambahan adalah pembicaraan antara dua belah pihak si pangka (yang datang) dengan si alek (yang punya acara) untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan cara yang hormat. Pembicaraan tersebut misalnya yaitu menjemput pengantin, hendak makan, henak kembali ke rumah dan lain sebagainya.
Secara umum pasambahan dibagi atas dua kelompok. Pertama adalah pasambahan yang berbalan atau dijawab oleh pihak lain. Pasambahan ini biasanya disampaikan dalam upacara perkawinan, upacara perjamuan dan lain sebagainya. Kedua dalah pasambahan yang tidak berbalas atau pasambahan satu arah.
Berikut adalah contoh pasambahan menanti tamu:
Assalamualaikum, pambukak kato
Jo bismilah kato dimulai
(Assalamualaikum, pembukak kata
Dengan bismillah kata dimulai)
Tangan di angkek jari disusun
Maaf jo rila nan dipintak
Angku pangulu nan godang basa batuah
Pucuak jalo pumpunan ikan โฆโฆ.
(Tangan di angkat jari disusun
Maaf dan rela yang dipinta
Engkau penghulu yang besar basa bertuah
Pucuk jala pumpunan ikan)
Pai ka tompek urang batanyo
Pulang kabokeh urang babaritoโฆ..
(Pergi ke tempat orang bertanya
Pulang ke bekas orang berberita)
Ibaraikkan kayu godang di tangah koto
Batang nan bokeh rang basanda
Daun nan bokeh urang balinduang
Balinduang nan bokeh kapanehan
Bataduah nan bokeh kahujanan โฆโฆ
(Ibaratkan kayu besar di tengah tempat
Batang yang bekas orang bersandar
Daun yang bekas orang berlindung
Berlindung yang bekas kepanasan
Berteduh yang bekas kehujanan)
Baa sakarang kini nangko
Buruang sinurak buruang sinuri
Manari-nari ateh pamatang
Siriah golak pinang manari
Mancaliak rombongan nan olah datangโฆ
(Bagaimana sekarang ini
Burung sinurak burung sinuri
Menari-nari di atas pematang
Sirih tertawa pinang menari
Melihat romobongan yang telah datang)
Siriah sacabiak mintak di kunyah
Pinang sagatok mintak di makan
Nak sonang pulo kami sipangkalanโฆ..
(Sirih sacabiak mintak dikunyah
Pinang segatok mintak dimakan
Biar senang juga kami yang di rumah)
Masak padi anak rang dusun
Disabik anak rang malalo
Kok siriah lah kami susun
Pinang baatok dalam caranoโฆ.
(Masak padi anak orang dusun
Dipotong anak orang Malalo
Jika sirih telah kami susun
Pinang ditata dalam Carano)
Tasobuk selo nan jo kuok
Tarantang jalan nan ka bukiktinggi
Cabiak siriah salailah rokok
Bia nak sonang pulo hati kamiโฆ..
(bertemu sila dan kuok
Tarantang jalan ke Bukittinggi
Sobek sirih bakarlah rokok
Biar senang pula hati kami)
Pasambahan sebagai salah satu acara dalam adat Minagkabau tentunya tidak hanya sebagai salah satu media penyampaian sesuatu, tetapi di balik hal itu terdapat begitu banyak nilai-nilai budaya yang terkandung di balik acara pasambahan tersebut, diantaranya adalah nilai budaya kerendahan hati, penghargaan terhadap orang lain, musyawarah, ketelitian, kecermatan, taat dan patuh pada adat.
Referensi
[1] Fernandes, Robi, and Hesti Asriwandari.ย Tradisi Pasambahan pada Masyarakat Minangkabau (Studi Tentang Pelaksanaan Tradisi Pasambahan Manjapuik Marapulai di Dusun Tampuak Cubadak, Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat). Diss. Riau University, 2016.
[2] Rahmat, Wahyudi, and Maryelliwati Maryelliwati. “Minangkabau (Adat, Bahasa, Sastra dan Bentuk Penerapan).” (2019).
Baca Juga: Filsafat dalam Alam Pikiran Tan Malaka